Abad sekarang, abad 21 kan? Abad dimana manusia enggak
bakalan lepas dari yang namanya “LISTRIK”. Mau ngelakuin apa aja pasti bakalan
butuh listrik. Nyalain lampu, nonton TV, nge-chas ponsel, laptop, dan masih
banyak lagi alat kebutuhan manusia yang membutuhkan listrik. Kecuali sih kalo
elu orang desa pedaleman, yang tinggal di hutan rimba, dan jauh dari peradaban.
Boro-boro elu butuh listrik, listriknya aja enggak sampai. Hehe.
Di Indonesia, ada suatu badan usaha milik Negara yang
ngurusin masalah listrik. Baik dari segi produksi sampai segi distribusi. Badan
usaha tersebut adalah Perusahaan Listrik Negara yang biasa disingkat PLN.
Akhir-akhir ini, elu ngerasaian enggak sih kalau listrik tuh
jadi sesuatu yang “Langka”? Ada program mati listrik bergilir, kalo lagi hujan
deres listrik sering mati, dan kalo lagi banjir, listrik pasti mati. Belakangan
sih gua tau, kalo listrik mati ketika banjir tuh biar enggak terjadi konslet.
Gua pernah denger kalau besar pendapatan PLN lebih kecil
dari besar biaya produksi listriknya. Katanya sih gara-gara PLN disuruh (baca: harus)
beli solar (bahan bakar PLTD) dari PERTAMINA. Masalahnya, harga solar yang
dijual PERTAMINA lebih mahal dari harga solar impor.
Hal ini, merupakan ujian bagi pihak PLN. Memilih antara
menanggung rugi membeli solar dari PERTAMINA sebagai bentuk “Cinta Produk dalam
Negri”, atau memilih untuk mengimpor solar yang harganya lebih murah.
Disinilah, pihak PLN diuji kebijakan dan kesabarannya dalam mengambil
keputusan.
Nah, di postingan BLOG gua kali ini, gua pengen ngajak elu
berpikir langkah yang bakal gua ambil mengenai masalah solar ini. Kalau gua
jadi direktur utama PLN, gua bakalan memilih untuk mengimpor solar, kenapa?
1. Pengeluaran Negara Bakal Lebih Kecil
PLN tuh dapat uang untuk produksi listrik dari investor dan
dari anggaran Negara. PLN bisa mendapatkan 1 liter solar dengan harga Rp4000,-
kalau impor. Sedangkan kalau beli di PERTAMINA, 1 liter solarnya itu Rp6000,-.
Kalau dilihat, beda 2000 rupiah memang tidak terlalu besar. Tapi, kalau PLN
beli solar 1 milyar liter, bedanya bisa sampai 2 milyar rupiah! Gede banget
kan???
Daripada uang anggarannya dibuang-buang untuk beli solar,
mendingan uangnya digunakan untuk menunjang dunia pendidikan di Indonesia. Ya
enggak?
2. Masyarakat bawah lebih untung
Gua tau, ketika gua memilih untuk impor solar. Pasti akan ada
banyak pihak yang mencaci, menjelek-jelekkan, dan menghina gua. Tapi, asal elu
tau aja, dengan gua memilih impor solar, jumlah solar yang dipasarkan kepada
masyarakat Indonesia akan lebih banyak. Dan sesuai hukum ekonomi, harga solar
akan menjadi murah.
Dengan murahnya harga solar yang ada dimasyarakat, maka
harga-harga kebutuhan di masyarakat-pun akan menjadi lebih murah. Bis-bis,
angkutan umum yang menggunakan solar, tarifnya yang tadinya mahal bisa jadi murah.
Karena biaya angkutan umum murah, rakyat-pun akan kembali memilih untuk menaiki
angkutan umum.
Dua alasan diatas, dua alasan yang gua rasa udah cukup kuat
sebagai alasan PLN untuk mengimpor solar. Tapi tergantung dari pihak PLN-nya
juga, pihak PLN harus kuat dan konsisten
untuk melewati seluruh rintangan yang ada.
Selamat berjuang PLN!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar